Pages

Jumat, 21 Oktober 2011

Emansipasi Wanita

Kebetulan, penulis punya cukup banyak kumpulan teks-teks pidato. Kali ini pengen sharing teks pidato Bahasa Indonesia tentang emansipasi wanita. Dilihat dari segi bahasanya, penulis sudah berusaha menulis dengan kaidah2 yang benar. Teks pidato ini berhasil membawa penulis memenangkan lomba dan menjadi penyampai pidato di Kantor Walikota Pontianak pada saat perayaan hari Kartini. Tujuan utama dipostingkan ke blog ini, supaya bisa memberikan informasi, menginspirasi teman2 yang juga pengen susun pidato tentang emansipasi wanita.
Sedikit tips buat teman2 yang pengen ikut pidato:

  • Susunlah pidato dengan bahasa yang informatif dan gampang dipahami, ingat pidato yang baik harus mengandung unsur persuasif yang kuat.
  • Jangan menghafal teks, tapi coba pamahi inti dari setiap paragraf, kemudian kembangkan dengan kata2 sendiri, tapi ingat jangan sampai out of topic ya pengembangannya.
  • Sering2 latihan di depan kaca, biar tahu bagaimana baiknya mimik, ekspresi dan gerakan tangan yang akan mendukung performance kita pas tampil.
  • Pada saat tampil, tebarkan senyum dulu di awal. Selain menggambarkan kesan ramah, senyum juga bisa sebagai "ice breaker", jadi pas masuk pidato kita juga gak tegang2 amat.
  • Rileks. Ini  adalah hal terpenting dalam pidato. Berdiri di podium, tarik nafas, lemparkan senyum, kemudian mulai pidato dengan tenang.
  • Konsentrasi. Jangan sampai kita terusik dengan penonton yang ada. Apapun yang dilakukan penonton (ketawa, tidak serius mendengarkan, sibuk ngobrol, atau apapun), jangan sampai mengusik konsentrasi kita. Terusiknya konsentrasi, pada akhirnya akan menghambat penyampaian pidato. Tar jadi terbata-bata ngomongnya.
  • Pidato harus ada klimaks. Siapkan satu paragraf dimana isinya adalah hal terpenting yang ingin kita sampaikan. Bagusnya disampaikan di akhir (sebelum penutup). Penyampaiannya juga harus dengan intonasi yang lebih tinggi dan mimik yang lebih ekspresif.
  • Terakhir, PERCAYA DIRI. Modal utama seorang public speaker adalah percaya terhadap kemampuan berbicaranya dan percaya bahwa penyampaiaannya adalah baik. Jadi, saat berbicara di depan banyak orang juga rasanya santai aja, gak grogi lagi cause we deserve to it.

Itu aja steps yang bisa saya sharing, semoga bermanfaat bagi teman2 pembaca. Oya, sekalian saya postingkan juga teks pidatonya, cekidot ..





Yang terhormat Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kota Pontianak, Ibu kepala BP2KB dan hadirin sekalian yang terkasih, selamat pagi dan salam sejahtera. Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kita dapat berkumpul bersama di sini dalam keadaan yang sehat. Terima kasih juga atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya, Gousantya dari SMK Santa Maria untuk menyampaikan pidato dalam rangka memperingati Hari Kartini. Tema yang saya angkat pagi hari ini adalah Pemberdayaan perempuan sebagai upaya pencegahan diskriminasi dan trafficking. Pidato ini bertujuan untuk mengajak seluruh pihak masyarakat terutama kaum perempuan untuk menjadi kaum yang lebih maju dan mampu mencegah terjadinya diskriminasi dan trafficking terhadap dirinya sendiri dan orang-orang di sekitar.
Mengangkat relasi gender sebenarnya terasa melelahkan sekaligus mengasyikan. Melelahkan karena seakan-akan topik ini tidak akan berakhir dalam titik akhir tertentu. Mengasyikan karena bahasan ini selalu memberikan nuansa dan wacana baru yang terus, sehingga tidak pernah jenuh membahasnya. Masalah seputar diskriminasi gender ini adalah masalah yang membumi, artinya tidak saja menjadi fenomena bagi kelompok tertentu, namun lebih merupakan permasalahan global.
Hadirin sekalian, perempuan sering menjadi objek perlakuan diskriminasi, karena perbedaan kondisi dan posisi perempuan terhadap laki-laki dimana perempuan berada di dalam kondisi dan posisi yang lemah karena sejak semula sudah dipolakan adanya diskriminasi dalam budaya adat atau karena lingkungan keluarga, sehingga memunculkan pola pikir dalam diri manusia bahwa perempuan itu berada setingkat di bawah laki-laki. Ada sebuah kutipan dari pejuang emansipasi wanita Indonesia, R.A Kartini yang berbunyi Perempuan harus terpelaja, sehingga dapat bekerja sendiri, mencari nafkah sendiri, mengembangkan seluruh kemampuan dirinya dan tidak tergantung pada siapapun. Mengingat suasana pada waktu itu , ketika adat masih sangat kental di sekeliling R.A Kartini, betapa maju dan progresifnya pikiran R.A Kartini tersebut. Apalagi kita yang hidup di era modern seperti saat ini, sudah saatnya mengubah pola pikir yang ada di dalam budaya patriarki yang beranggapan bahwa “Setinggi-tingginya perempuan bersekolah, akhirnya masuk dapur juga.” Jadi, hal utama yang diperlukan untuk menghentikan adanya tindak diskriminasi gender adalah mengubah pola pikir kita terlebih dahulu, jangan selalu memandang bahwa perempuan itu adalah sosok yang lemah dan tidak mempunyai hak dan kinerja sebaik kaum lelaki. Tapi hadirin sekalian, cobalah mulai memandang kaum perempuan dan pria sebagai sosok yang sama-sama memiliki kemampuan yang sebanding. Sekarang inilah kesempatan bagi kaum perempuan untuk mengaktualisaikan diri, segala bentuk subordinasi dan marjinalisasi bukan waktunya lagi tetap melekat pada kaum perempuan. Ideologi partriarki telah melahirkan ketimpangan dan ketidakadilan gender dalam berbagai bidang.
Sama halnya dengan diskriminasi gender, kasus trafficking juga semakin marak terjadi menimpa kaum perempuan, lagi-lagi perempuan, mengapa? Karena perempuan dianggap lemah, mudah diperalat dan kemiskinan yang menjerat, serta satu hal yang palking penting adalah tingkat pendidikan yang rendah. Dan inilah yang harus dilakukan, pemberdayaan perempuan lewat bidang pendidikan. Walaupun berbagai program penanganan perempuan korban trafficking telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat, namun hasilyang dirasakan belum maksimal baik dari segi kualitas maupun penjangkauannya, semua itu karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan kolrban. Jika setiap perempuan di Indonesia mendapat kesempatan mengenyam pendidikan dan diberi pula pengarahan menjadi perempuan yang berdaya yang mampu menolak segala tindak diskriminasi dan penipuan yang berakhir pada kasus trafficking. Sekarang sudah saatnya bagi kaum perempuan untuk menjadi kaum yang cerdas, yang tidak lagi gampang ditipu dengan iming-imingan belaka, dan yang tidak menelan perkataan orang bulat-bulat tanpa diketahui kebenarannya.
Hadirin sekalian, perlu diingat keadilan dan kesetaraan gender tidak lagi hanya membahas posisi dan relasi perempuan dalam sebuah komunitas saja, namun telah maju selangkah dengan membangun berbagai cara dan aksi. Telah saya sadari bahwa mendorong keadilan harus dimulai dengan membangun kapasitas perempuan, membuat organisasi yang menjadi ruang pembelajaran serta membuka akses-akses belajar. Kapasitas perempuan yang jauh tertinggal karena terbatasnya kesempatan, harus dikejar dengan memberikan kesempatan lebih kepada kaum perempuan.
Selain bebas dari diskriminasi dan trafficking, kepemimpinan perempuan adalah hal lain yang tidak saja bermakna memperbaiki posisi dan relasi perempuan, namun juga mendorong perempuan menjadi pemimpin dari berbagai hal. Di era modern ini, ketimpangan dan kurangnya peran serta perempuan secara umum mengakibatkan lambatnya keberhasilan dalam pembangunan nasional. Bila kualitas hidup perempuan rendah dan tidak diajak untuk berperan serta dalam pembangunan, maka perempuan akan menjadi beban pembangunan. Sebaliknya, bila perempuan diberi kepercayaan untuk berperan dalam pembangunan nasional, maka perempuan akan menjadi mitra sejajar bagi laki-laki yang dapat ikut bahu-mambahu dan meringankan beban pembangunan.
Dalam pidato singkat ini dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu dibenahi dalam mencegah diskriminasi dan trafficking, yaitu:
1.      Semua lapisan masyarakat harus mengubah pola pikir patriarki yang menyatakan bahwa wanita itu kaum lemah yang selalu dinomorduakan.
2.      Perempuan harus berpikir lebih maju dan harus mampu mengembangkan seluruh kemampuan serta tidak terus bergantung kepada orang lain.
3.      Pemerintah harus menyediakan sarana dimana setiap perempuan mendapat pengajaran dan pendidikan agar dapat berpikir lebih cerdas dan tidak gampang didiskriminasi serta terjerumus penipuan yang berakhir pada kasus trafficking.
4.      Perempuan juga harus diberi ruang untuk menjadi pemimpin, mengembangkan diri dan ikut serta dalam dalam pembangunan bangsa.
Hadirin sekalian, emansipasi akan datang dengan sendirinya jika wanita mengejar kualitasnya. Sekarang saatnya lah bagi kita, wanita Indonesia untuk bekarya dan mengejar kualitas sebagai perempuan berdaya. Perempuan yang berdaya dan berkualitas secara otomatis dapat mencegah tindak diskriminasi dan trafficking terhadap dirinya. Kerinduan dalam diri untuk melihat seluruh perempuan Indonesia dapat 100% bebas dari diskriminasi dan trafficking inilah yang mendorong sayang untuk menghimbau para perempuan bangsa untuk mulai membangun kualitas diri, menjadi pribadi yang mampu disetarakan dengan kaum adam. Hidup perempuan Indonesia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Language